Kelompok 13:
- Ketua : Dessy Awallia (13-020)
- Anggota : Safira Salsabila (13-040)
Mutia Lestari (13-070)
Dwi Clara Gladista Tampubolon (13-116)
Dessy Natalia (13-130)
Urie Bronfenbenner dilahirkan di Moscow, Rusia pada tanggal 29 April 1912. Saat usia 6 tahun, beliau dan keluarganya pindah ke United State. Beliau mengenyam pendidikan di Universitas Cornell dengan dua jurusan sekaligus, yaitu Psikologi dan Musik, kemudian melanjutkan ke Harvard University dengan subjek Developmental Psychology. Setelah itu, Bronfenbenner meraih gelar Ph.D di Universitas Michigan pada tahun 1942.
Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang fokus utamanya adalah pada konteks sosial di mana anak tinggal dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak.
Lima sistem lingkungan teori ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas.
- Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu berinteraksi langsung dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang lain. contoh : pada saat di rumah saya lebih banya berinteraksi dengan keluarga saya dan tetangga sekitar rumah tetapi ketika saya di kampus saya lebih banyak berinteraksi kepada teman seangkatan ataupun senior dan juga dosen.
- Mesosistem adalah kaitan antar-mikrosistem. Contoh adalah hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah, dan antara keluarga dan teman sebaya. Misalnya, salah satu mesosistem penting adalah hubungan antara sekolah dan keluarga. contoh dari pengalaman saya adalah guru di TK (taman kanak-kanak) mengajarkan kepada saya untuk selalu menghormati dan menyayangi kedua orang tua saya. Sedangkan orang tua saya mengajarkan untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak saya sukai kepada orang lain agar orang lain tidak melakukan apa yang tidak saya sukai.
- Eksosistem terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana murid tidak berperan aktif) memengaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks mereka sendiri. contohnya itu seperti saat saya masih di SMP (Sekolah Menengah Pertama), di setiap pelajaran menggunakan pembelajaran pasif dimana hanya guru saja yang berperan aktif di dalam kelas dan kami sebagai murid hanya mendengarkan penjelasan guru yang ada di depan kelas. Ketika saya bersekolah di MAN (Madrasah Aliah Negeri) kami dipacu untuk selalu aktif di dalam kelas, seperti presentase di depan kelas tentang suatu teori. Selain itu kami diharuskan untuk bertanya di dalam kelas, jika tidak kami tidak akan mendapatkan nilai. Dengan begitu kami selalu terpacu untuk bertanya walau hanya karena mengharap nilai. Setidaknya dengan begitu kami dapat terasah keterampilan dalam aktif bertanya, menjawab, menanggapi, dan memberikan teori di depan kelas.
- Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas di mana murid dan guru tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat masyarakat. contohnya itu seperti orang tua saya selalu megajarkan utnuk selalu menghormati dan menyalam orang yang lebih tua atau orang yang lebih muda dari kita. siapapun dia harus disalam dan dihormati. selain itu ibu saya mengajarkan agar saya belajar menghormati diri sendiri dan juga orang lain agar kita dihormati. contoh yang lain yaitu seperti adab dalam makan, misalnya saya tidak boleh makan berdiri apalagi sambil berjalan, makan jangan berbunyi (maksudnya jangan sampai terdengan bunyi ncap..ncap..), kalau bersin dan batuk di tutup hidung dan mulutnya, dll.
Sekian yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat \^.^/
- Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak. contonya itu saya sekolah dari TK, SD, dan SMP yang muridnya terdiri dari berbagai suku dan agama, sehingga saya terbiasa berteman dengan bermacam-macam orang dan juga saya berlajar terbiasa dengan lingkungan sekolah saya. tetapi ketika saya sekolah di MAN yang merupakan sekolah Islam saya hanya perlu membiasakan diri pada teman yang berbeda suku dan etnis, tidak seperti di sekolah saya yang dulu saya juga harus menjaga persaan teman-teman saya yang beda agama dengan saya.
Sumber: Psikologi Pendidikan , edisi kedua. John W. Santrock, Universty of Texas-Dallas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar