A. Populasi
Penelitian pendidikan dan kurikulum seperti
halnya penelitian-penelitian bidang lainnya di tujukan untuk memperoleh
kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam lingkup wilayah yang luas, tetapi
hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam daerah yang lebih sempit . kelompok
besar tersebut bisa terdiri atas orang
seperti guru, siswa, kepala sekolah, dsb, atau lembaga seperti sekolah,
jurusan, fakultas, kantor, dinas,direktorat, dsb., atau organisasi seperti
komite sekolah, dewan sekolah, organisasi guru, asosiasi profesi, dsb., atau
bisa juga benda-benda seperti bangunan sekolah, fasilitas belajar, media
belajar, buku-buku, dll. Lingkup wilayah bisa mencakup seluruh wilayah Negara,
satu propinsi ataupunsuatu kota atau kabupaten. Kelompok besar dan wilayah yang
menjadi lingkup penelitian kita di sebut populasi.
Dalam penelitian, populasi ini di bedakan
antara populasi secara umum dengan populasi target “target population”. Populasi target adalah populasi yang menjadi
sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian kita. Populasi umum penelitian
mungkin seluruh guru SMA negeri di Jawa Barat, tetapi populasi targetnya adalah
seluruh guru IPA SMA negeri di Jawa Barat. Hasil penelitian kita tidak berlaku
bagi guru-guru di luar IPA SMA negeri, seperti guru Matematika, Bahasa Inggris,
PPKN, dll.
Menurut Drs. S. Margono (2004), Populasi
adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan
manusianya. Jika manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran
populasi akan sama banyaknya dengan ukuran manusia.
Populasi memiliki parameter yakni besaran
terukur yang menunjukkan ciri populasi tersebut. Besaran-besaran yang kita kenal
antara lain: rata-rata, bentengan, rata-rata simpangan, variansi, simpangan
baku sebagai parameter populasi. Parameter suatu populasi adalah tetap
nilainya, jika nilainya berubah, maka populasinyapun berubah.
Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi
adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian (Hadari Nawawi, 1993:141).
Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan
penelitian), dapat berupa populasi (universe)
atau sampel.
Menurut Drs. S. Margono (2004), populasi dapat
di bedakan sebagai berikut:
a.
Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki
batas kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas.
Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan karakteristik:
masa kerja 2 tahun, lulusan program strata 1, dan lain-lain.
b.
Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang
tidak dapat di temukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat di nyatakan dalan
bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang berarti harus
dihitung jumlahnya sejak guru pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang.
Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat di hitung, hanya dapat di
gambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat
umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang, dan yang akan menjadi guru. Populasi
ini di sebut juga parameter.
Selain itu, populasi dapat
di bedakan ke dalam hal berikut ini:
a.
Populasi teoritis (Theoritical
Population), yakni sejumlah populasi yang batas-batasnya di tetapkan secara
kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku juga bagi populasi yang
lebih luas, maka di tetapka terdiri dari guru; berumur 25 tahun sampai 40
tahun, program S1, jalur tesis, dll.
b.
Populasi yang tersedia (Accessible
population), yakni sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat di
nyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari
guru yang memiliki karakteristik yang telah di tetapkan dalam populasi
teoritis.
Di samping itu persoalan
populasi bagi suatu penelitian harus di bedakan ke dalam sifat berikut ini:
a.
Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu di persoalkan jumlahnya secara
kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan darah
seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu
mengambil satu botol darah, karena baik setetes maupun satu botol hasilnya akan
sama saja.
b.
Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu di tetapkan
batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian di bidang
sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia
menghadapi populasi yang heterogen.
Meskipun banyak anggotanya
terbatas jumlahnya seperti jumlah mobil di Jakarta, jumlah mahasiswa di
Universitas Islam Negeri Jakarta, di mana keduanya sebenarnya dapat di hitung
namun karena hal itu sulit di lakukan maka di anggap tidak terbatas. Metode
penarikan/ pengambil data dengan jelas mengawali/ melibatkan seluruh anggota
populasi di sebut sensus.
Seorang peneliti meskipun
mengetahui bahwa metode sensus ini akan banyak memerlukan pemikiran, memakan
waktu yang lama serta relatif mahal, namun tetap melakukan sensus, hal ini di
sebabkan karena:
a.
Untuk ketelitian
Suatu penelitian sering
meminta ketelitian dan kecermatan yang tinggi, sehingga memerlukan data-data
yang besar jumlahnya. Apabila unsur ketelitian dan kecermatan ini harus di
prioritaskan maka harus di gunakan metode sensus.
b.
Sumber bersifat heterogen
Apabila mengahadapi sumber
informasi yang bersifat heterogen di mana sifat dan karakteristik masing-masing
sumber sulit untuk di bedakan maka lebih baik di gunakan metode sensus.
Karena populasi merupakan
keseluruhan subjek penelitian, maka jika seseorang meneliti semua elemen ia
harus meneliti semua populasi. Penelitian populasi di lakukan dengan cara
sensus. Cara sensus yang baik di lakukan bila sesuai dengan hal-hal berikut:
1.
Tingkat presisi karakteristik subjek penelitian sangat diutamakan
(seperti jumlah, jenis, waktu dan ukuran). Misalnya, pada kegiatan sensus
penduduk, sensus ekonomi, dll.
2.
Ukuran populasi sangat kecil
Bila jumlah populasi
sedikit, sempit, sebentar maka cara sensus tepat di terapkan. Misalnya, pada
penelitian kelas atau penilaian diri bagi para pembuat kebijakan bagi
lingkungan kantor.
Pada dasarnya, penelitian dengan cara sensus lebih baik
daripada sampling sebab cara sensus lebih mempresentasikan populasinya.
Meskipun demikian, seperti yang di kemukakan di atas, pada hal-hal tertentu
cara sampling bisa lebih efektif dan efisien daripada cara sensus.
B.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari
populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara
tertentu. Masalah sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut
ini :
a. Penelitian
bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah
populasi sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.
b. Penelitian
bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil –hasil kepenelitiannya, dalam arti
menegakkan kesimpulan –kesimpulan kepada objek, gejala atau kejadian yang lebih
luas.
Adapun
alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel beikut ini
a. Ukuran
populasi
Dalam
hal populasi tak terbatas (tak terhingga) beruppa parameter yang jumlahnya
tidak diketahui dengan pasti, pada
dasarnya bersifat konseptual. Karena itu
sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti
itu.demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat
besar ,tidak praktis untuk mengumpulkan
data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar diseluruh
pelosok Indonesia misalnya.
b. Masalah
biaya
Besar-kecilnya
biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki. Semakin
besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih –lebih bila
objek itu tersebar diwilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah
satu cara untuk mengurangi biaya.
c. Masalah
waktu
Penelitian
sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian populasi.
Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan kesimpulan
diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih cepat.
d. Percobaan
yang sifatnya merusak
Banyak
penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat
merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari
tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak
mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus
dilakukan hanya pada sampel.
e. Masalah ketelitian
Adalah
salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggung jawabkan. Ketelitian ,dalam hal
ini, meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap
populasi belum tentu ketelitian terselengar. Boleh jadi peneliti akan menjadi
bosan dlam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua,penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
f. Masalah ekonomis
Pertanyaan
yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian; apakah kegunaan dari
hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan tenaga yang telah
dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain
penelitian sampel pada dasarnya akan
lebih ekonomis daripada penelitian populasi (sudjana, 1975:159-161); ( Hadari
Nawawi,1923: 146-148).
Selanjutnya,
mengenai penetapan besar kecilnya sample tidaklah ada suatu ketetapan yang
mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sample harus
diambil. suatu hal yang perlu
diperhatikan adalaha keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika
keadaan populasi homogen, jumlah sample hampir-hampir tidak menjadi persoalan,
sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbanagna pengambilan
sample harus memperhatikan hal :
1. Harus
diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2. Besarnya
populasi dalam tiap kategori.
Karena
itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusahakan.
Satu nasihat yang perlu diingat, bahwa
penetapan jumlah sampel yang kelewat banyak selalu lebih baik dari pada kurang
(oversampling is always better than undersampling). Namun demikian ada cara
untuk memperoleh sample minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus:
n ≥ pq z 1/ 2 a 2
b
keterangan
:
n = jumlah sampel
≥ = sama dengan atau lebih besar
P = proporsi populasi persentase
kelompok pertama
q = proporsi sisa di dalam populasi
z1/2 =derajat koefisien konfidensi
pada 99% 95 %
b
= persentase perkiraan
kemungkinan membuat kekeliruan dalam menentukan sampel.
Contoh
:
Jika
diketahui jumlah populasi guru SMA lulusan D3 di jateng adalah 400.000 orang.
Diantara mereka yang tinggal didaerah pedesaan (luar kota) sebanyak 50.000
orang. Bebrapa sampel
yang perlu diselidki dalam rangka mengunggkapkan hambatan penanaman disiplin
disekolah di wilayah masing-masing.
Perhitungan:
F = 50.000 X 100 % = 12,5 % atau P = 0,125
400.000
q = 1,00 -0,125 = 0,875
Z
1/2= 1,96 (pada derajat konfidensi 99% atau 0,05)
B = 5 % atau 0,05
Dimasukkan
ke dalam rumus sebagai
berikut :
n ≥ 0,125 X 0,875 1,96 2
0,05
n
< 168,05 dibulatkan 169 orang.
Jika penenelitian kurang puas dengan jumlah sampel
minimal itu, maka dapat dilakukan peningkatan jumlah sampel dengan meningkatkan
jumlah sampel dengan sebesar 2,58. Demikian juga ukuran sampel dapat diperbesar
lagi dengan memperkecil perkiraan persentase kemungkinaan membuat kesalahan
dalam penarikan sampel, misalnya sebesar 2% atau b = 0,02. Dari contoh itu,
maka sample minimum menjadi :
n ≥ 0,125 X 0,875 2,58 2
0,02
n
> 1.740,21 dibulatkan 1.740 orang.
Apabila
proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui maka variasi p dan q
dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 X 0,50 = 0,25)uku
Ran
sampel yang harus diselidiki
:
2
n ≥ 0,25 1,96
0,05
n ≥ 384.
Sample
yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang representatif, artinya
yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal
walaupun mewakili sample bukan merupakan duplikat dari populasi.
Pada
umumnya masalah sampling timbul apabila
penelitian bermaksud untuk :
1. Mereduksi
objek penyelidikannya. Karena suatu alasan kerapkali seorang penyelidik tidak
menyelidiki semua objek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa, melainkan
hanya sebagian saja dari objek gejala atau kejadian yang dimaksudkan.
2. Ingin
mengadakan generalisasi , dari hasil-hasil, penyelidikannya. Mengadakan generalisasi berarti mengesahkan
kesimpulan-kesimpulan kepada objek-objek, gejala-gejala, dan kejadian-kejadian
yang diselidiki.
Mahasiswa
yang baru belajr metodelogi penelitian
di tingkat awal harus menyadari betul bahwa sample bukan merupakan duplikat
populasi ;karena itu , ia tidak boleh berprestensi bahwa suatu sample jika
telah ditetapkan dengan cara-cara tertentu dapat menjadi cermin yang sempurna
bagi populasi artinya ia tidak boleh meyakini bahwa sample tidak mengalami kesesatan walaupun
pengambilannya sudah menggunakan metode-metode statistik tertentu.
Petunjuk
–petunjuk untuk mengambil sampel :
1. Daerah
generalisasi
Yang
pentinga disini adalah menentukan dahulu luas
populasinnya sebagai
daerah generalisasi, selanjutnya barulah menentukan sampelnya sebagai daerah
penelitiannya. Di sampling itu, yang penting adalah : “ kalau yang diselidiki
hanya satu kelas saja, jangan
diperluas sampai kelas-kelas lainnya apalagi menyimpulkan untuk sekolah-sekolah
lain”.
2. Pengesahan
sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Bila
luas populasinya telah ditetapkan , harus segera diikuti penegasan tentang
sifat-sifat populasinnya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan adanya
valliditas dan reabilitas bagi penelitiannya. Oleh sebab itu, haruslah
ditentukan terlebih dahulu luas dan sifat-sifat populasi, dan memberikan
batas-batas yang tegas, kemudian menetapkan sampelnya. Jangan terjadi kebalikannya,yaitu
menetapkan populasilah yang lebih dahulu baru kemudian sampelnya.
3. Sumber-sumber
informasi tentang populasi
Untuk
mengetahui ciri-ciri populasinya secara terperinci dapat diperoleh melalui
bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut. Misalnya, sensus penduduk
dokumen-dokumen yang disusun oleh instansi-instansi dan organisasi-organisasi,
seperti pengadilan, kepolisian, kantor P & K, kantor kelurahan, dan
sebagainnya.
Meskipun
demikia, haruslah diteliti kembali apakah informasi tersebut telah menunjukkan
validitasnya (kesahihan) . Hal
itu perlu karena jangan
sampai terjadi data tahun 1954 masih dipakai sebagia sumber untuk tahun 1965,
misalnya bila tahun 1954 tercatat jumlah anak rata-rata dalam seiap keluarga 4
orang, maka pada tahun 1965 jumlah anak rata-rata mungkin tidak seperti itu (4 orang).
4. Menetapkan
besar kecilnya sampel
Mengenai
berapa besar kecilnya sampel
yang harus diambil untuk
sebuah penelitian, memang tidak ada ketentuan yang pasti.
5. Menetapkan
teknik sampling
Dalam
masalah sampel
, ada yang disebut biased
sampel , yaitu sampel yang tidak mewakili
populasi atau disebut juga dengan sample yang menyeleweng. Pengambilan sampel yang menyeleweng
disebut : biased sampling. Biased sampling adalah pengambilan sampel yang tidak dari seluruh
populasi, tetapi hanya dari salah satu golongan populasi saja, tetapi
generalisasinya dikenakan kepada seluruh populasi. Contoh : misalnya
mengadakan penelitian tentang penghasilan rata-rata orang indonesia hanya diambil sample yang kaya raya saja,
ataupun hanya yang melarst ? miskin saja. Dengan sendiriny akan mengakibatkan
adaanya kesimpulan yang menyeleweng atau disebut biased conclusion.
C. Teknik Sampling
Teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau
random sampling / probability sampling dan sampel tidak acak atau nonrandom
samping/nonprobability sampling.
Random
sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama
untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya
ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut
mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang
dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen
populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima
elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah
peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya
kemungkinannya 0 (nol).
A.
Probability/Random
Sampling
Teknik
random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam
populasi, baik secara individu maupun kelompok memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel. Teknik ini tidak pilih-pilih dan didasarkan atas
prinsip-prinsip matematis yang telah diuji dalam praktek.
1.
Simple
Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Teknik
untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan
demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa
dipilih menjadi sampel.
2.
Stratified
Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Teknik
ini biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau
berlapis-lapis. Misalnya sekolah, terdapat beberapa tingkatan kelas. Jika
tingkatan dalam populasi diperhatikan, mula-mula harus dipastikan strata yang
ada, kemudian tiap strata diwakili sampel penelitian.
3.
Cluster
Sampling atau Sampel Gugus
Teknik
ini digunakan jika populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan
terdiri dari kelompok atau cluster. Misalnya, penelitian dilakukan terhadap
populasi pelajar SMU di suatu kota. Untuk itu random tidak dilakukan secara
langsung pada semua pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau
cluster.
B.
Nonprobability/Nonrandom
Sampling atau Sampel Tidak Acak
Seperti
telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak
semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan
karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan
oleh peneliti.
1.
Convenience
Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan
Dalam
memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan
kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi
ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada
beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja –
atau juga captive sample
(man-on-the-street). Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan
untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan
yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang
menggunakan jenis sampel ini, hasilnya
ternyata kurang obyektif.
2.
Purposive
Sampling
Sesuai
dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang
atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang
atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang
paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya, untuk memperoleh
data tentang bagaimana keadaan atau karakteristik suatu sekolah, maka kepala
sekolah merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment
sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka
mempunyai “information rich”.
3.
Quota
Sampling
Teknik
sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional,
namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. Dalam teknik
ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklassifikasikan dalam
beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum
tertentu pada setiap kelompok. Pengumpulan
data dilakukan langsung oada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi,
pengumpulan data dihentikan.
4.
Snowball
Sampling – Sampel Bola Salju
Teknik
ini adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelindingyang lama-lama menjadi besar. Teknik ini banyak dipakai ketika
peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu
atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena
peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama
untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel.
5.
Systematic
Sampling atau Sampel Sistematis
Jika
peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat
pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat
digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi
secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang
“keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam,
yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa
dijadikan sampel tergantung pada ukuran
populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah.
Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara
sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25.
6.
Area
Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik
ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, dalam penelitian
pendidikan kita mengadakan penelitian acak terhadap wilayah-wilayah pendidikan
dari suatu populasi atau kabupaten, kemudian terhadap sekolah-sekolah, lalu
kelas-kelas dan akhirnya para siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar